Kamis, 12 Mei 2011

AHTRMI GAGAS SISTEM TATA-KELOLA HUTAN EKONOMI BERKELANJUTAN


Peserta RAKORNAS I AHTRMI DPP, DPW AHTRMI Seluruh Indonesia

Hutan, bumi, udara, air, dan berbagai biota kehidupan merupakan satu kesatuan.  Seluruhnya berpadu dalam sumberdaya hutan. tanpa adanya hutan, bumi ini tentunya akan kehilangan daya kehidupannya. Itu artinya akan kehilangan media untuk berkembang.  Tanpa hutan, bumi ini akan binasa atau kehilangan dayanya dengan didahului bencana yang datang berkepanjangan.
 
Hutan sebagai inti dari lingkungan hidup, dimana didalamnya  terkandung berbagai manfaat untuk menjamin berkelangsungan kehidupan dari seluruh makhluk di muka bumi ini, terutama hutan yang menjadi media utama dalam Industri Pertanian.
 
Bangsa Indonesia mungkin boleh berbangga diri, karena memiliki Sumber Daya Hutan  yang sangat luas. Setidaknya luas hutan yang dimiliki Bangsa Indonesia mencapai 120,3 juta hektar . bahkan Indonesia tercatat sebagai hutan terluas ketiga, setelah Brasil dan Republik Kongo. Namun amat disayangkan, dengan predikat ketiga negara yang memiliki hutan luas ini, justru berujung pada keprihatinan yang sangat mendalam bagi semua pihak.
 Deforestasi dan degradasi hutan telah terjadi secara cepat tanpa kepedulian yang sungguh-sungguh dari masyarakat umum dan pemerintah yang bertanggungjawab terhadap kelestarian SDH,” ungkap Elan Masbulan, Ketua umum Asosiasi Hutan Tamanan Rakyat Mandiri Indonesia (AHTRMI), usai membuka Rapat Koordinasi Nasional I di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta.

Lebih jauh dikatakan Elan, Ironisnya, sudah banyak simpati dan kecemasan yang dilontarkan banyak pihak, bahkan oleh pemegang tanggungjawab pengurusan SDH itu sendiri, namun dalam kenyataannya “kecintaan” terhadap SDH tersebut lebih banyak diciderai oleh perilaku yang ‘ambivalen’ dari para stakeholder tersebut untuk ikut-ikutan merusak hutan, dan menikmati kemanfaatan secara ilegal kekayaan SDH Indonesia,” paparnya.

Kini dunia menangis, negeri inipun harus menanggung malu ditempatkan sebagai negara dengan tingkat kerusakan hutan terbesar di dunia (Guiness Book of World Record 2008).  Hutan Indonesia tercatat sebagai negara Hijau urutan ke-102 dari 149 negara di dunia yang dinilai kinerja lingkungannya.  Dan yang paling tragis, Environmental Performance Index (EPI) tahun 2008 memberikan nilai nol bagi pengelolaan hutan Indonesia.

Atas dasar hal di atas, Asosiasi Hutan Tanaman Rakyat Mandiri Indonesia (AHTRMI) membangun Platform dalam sistem tata-kelola hutan mandiri dan lestari melalui “Corporate Agro-Forestry Estate” yang melibatkan ‘Petani’ yang terhimpun dalam “Kelompok Tani” dan “Koperasi” sebagai stakeholder kunci dan pelaku utama dalam sistem industri hutan dan pertanian di Indonesia.

Dengan kata lain sebagai generator alam yang sekaligus prime mover ekonomi lokal, regional dan nasional sehingga spirit gerakan pembangunan dan pengembangan wilayah berkelanjutan yang diawali di kawasan HTR akan terealisasi dengan baik dan benar.
Dengan tekad “Growing up Economi Through Corporate Industry Agro Forestry Governance “GET COIN AGFORGO for GREEN ECONOMY”  itulah cita-cita kita bersama menciptakan pertumbuhan ekonomi hijau  yang dapat dirasakan oleh semua pelaku usaha Agro-Forestry melalui Tata-Kelola  dengan sistem Corporate yang akan dilaksanakan oleh  jutaan petani di seluruh nusantara.

Dalam rangka percepatan pembangunan tersebut di atas, Asosiasi Hutan Tanaman Rakyat Mandiri Indonesia (AHTRMI) selaku  lembaga NGO sangat peduli dan bertekad untuk senantiasa mendampingi menuju tercapainya cita-cita mulia.

Melalui Rapat Koordinasi Nasional 1 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal  28-29 April 2011,  di Gedung Manggala Wanabakti,  Kementerian Kehutanan RI, Jalan Jend. Gatot Subroto, Jakarta. Dengan Thema    : “CORPORATE AGRO-FORESTRY ESTATE GOVERNANCE MENUJU TATA-KELOLA  HUTAN BERKELANJUTAN ,  HIJAU, MAKMUR, SEJAHTERA,”.

 “Kita mengharapkan dengan adanya rakornas ini, selain membangun konsolidasi kepengurusan AHTRMI juga akan menguatkan komitmen untuk mengembalikan fungsi hutan demi kemajuan dan kesejahteraan para petani, disamping mengembalikan dan menjaga hutan indonesia, sebagai paru-paru dunia,” ujar Elan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar