Selasa, 04 Oktober 2011

Hutan Tanaman Alternatif Penuhi Pangan Dan Energi


Hutan tanaman diyakini menjadi alternatif paling ideal untuk memenuhi kebutuhan pangan, serat, dan energi di masa depan.

Hutan tanaman juga bisa mendukung upaya penyerapan dan penyimpanan karbon guna menjawab persoalan perubahan iklim, kata Sekjen Kementerian Kehutanan, Hadi Daryanto, dalam sidang Sub Pleno Konferensi Hutan Indonesia bertema "Perdagangan dan Investasi: Dampak Terhadap Hutan" di Jakarta, Selasa.

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang kini dilakukan secara global, katanya, maka kebutuhan akan pangan, serat dan energi akan meningkat.

"Untuk menjawab kebutuhan tersebut, hutan tanaman adalah alternatif yang paling ideal yang juga bisa menjawab persoalan perubahan iklim," paparnya.

Hadi menuturkan dalam pembangunan hutan tanaman, masyarakat bisa memanfaatkan lahan di sela tegakan pohon untuk ditanam berbagai tanaman pangan.

Jenis tanaman hutan tanaman juga bisa dipilih yang merupakan jenis tanaman pangan seperti sukun atau sagu.

Sementara untuk menjawab kebutuhan energi bisa dipilih jenis tanaman penghasil bahan bakar nabati, misalnya, Nyamplung.

"Kayu yang dihasilkan dari hutan tanaman juga bisa diolah menjadi `wood pellet` yang merupakan bahan bakar ramah lingkungan," ucapnya, menambahkan.

Dia juga menegaskan pembangunan hutan tanaman mampu menyerap karbon dari setiap pohon yang ditanam. Pembangunan hutan tanaman juga mendukung konservasi karbon karena dibangun dengan menerapkan pola mosaik yang melindungi kawasan hutan bernilai konservasi tinggi.

Pemerintah Indonesia sudah mengalokasi 9,1 juta hektare hutan terdegradasi yang masih terbuka untuk investasi baru hutan tanaman yang dikelola oleh perusahaan dalam skema hutan tanaman industri (HTI).

Selain itu, 5,5 juta hektare lainnya dialokasikan untuk pembangunan hutan tanaman skala kecil yang dikelola masyarakat dalam skema hutan tanaman rakyat (HTR).

Terpisah, Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Kusnan Rahmin, mengatakan pembangunan hutan tanaman bersama dengan industri pulp dan kertas mendukung pembangunan dan bisa menjadi menjadi andalan bagi Indonesia untuk menjadi pemain global.

"Saya yakin hutan tanaman industri bisa menjadi mesin penggerak ekonomi yang mampu membuka lapangan kerja dan mendorong tumbuhnya industri pengolahan kayu dan pulp di Indonesia," ujarnya.

Dia menyatakan pihaknya menerapkan praktik terbaik dalam pengelolaan hutan tanaman yang lestari dan berkelanjutan, termasuk melindungi hutan yang bernilai konservasi tinggi ("High Conservation Values/HCV").

Kusnan juga menambahkan untuk mampu menjadi industri andalan di Indonesia, tentunya dukungan dari pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan.

Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia bidang Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim, Sinta Widjaya Kamdani, menyatakan perusahaan yang bergerak di industri minyak sawit dan pulp dan kertas umumnya adalah perusahaan yang menjadi juara untuk komitmen dalam bidang lingkungan.

Sayangnya, menurut Sinta, mereka masih menghadapi beberapa persoalan, di antaranya soal citra buruk yang dilekatkan oleh sejumlah LSM. "Akibatnya apapun yang mereka lakukan, selalu dianggap negatif," keluhnya.

Oleh sebab itu, tegas dia, dibutuhkan dukungan penuh dari semua pihak termasuk dari pemerintah untuk menghapus citra buruk yang ada.(Ant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar